Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Alex - Symphonie dan Humor

Alex - Symphonie dan Humor


Masih ingatkah Anda dengan Alex? Seorang remaja berusia 20 tahun yang diceritakan dalam Skil Emosional dan Lingkar Kebiasaan. Saat ini tahun 2016, tepat 2 tahun setelah Alex menghentikan kebiasaannya mengidam kenyamanan dan terjatuh dalam harapan serta regulasinya sendiri. Dismomentum itu memposisikan Alex seolah-olah ; sebuah batu bata telah menjatuhi kepalanya hingga membuat ia pingsan, dan sewaktu ia terbangun, butuh waktu sekitar 5 menit untuk ia dapat berfikir bahwa kejatuhan batu bata itu hanya analogi yang berlebihan.


Alex masih menjadi remaja yang sama dengan 2 tahun yang lalu, hampir nyaris tidak ada yang berubah kecuali gaya kumisnya. Jika pada 2 tahun lalu kumis tipisnya berada diatas mulut dan dibawah hidungnya, sekarang kumis itu memenuhi dua lubang hidungnya. Entah siapa role-model yang sedang ia tiru, atau siapa yang tahu bahwa ia telah membeli sepaket minyak penumbuh rambut, yang jelas kumis itu nampak melekat lebat, dan bahkan jika oksigen dapat bersuara, ia akan mengucapkan salam dan permisi sebelum akhirnya dapat masuk ke hidung Alex dan membantu proses respirasi.

Alex juga masih menjadi pegawai dari perusahaan yang sama dengan 2 tahun sebelumnya, tinggal, dan juga tidur di kosan yang sama pula. Sebuah kosan yang ia tempati hampir 4 tahun lamanya, dimana pintu kamar mandinya pun masih sama, hanya setinggi dada. Sebuah pemandangan yang tak asing bagi Alex setiap harinya, atau barangkali hal itu menjadi sebuah alasan yang masuk akal mengapa Alex selalu mengantri di kamar mandi SPBU. Sesekali ia juga mandi di kantor, dan tak jarang ia berangkat kerja membawa peralatan mandi lengkap beserta handuk bergambar doraemon.

Alex mulai menggemari film-film beraliran horor. Sepulang bekerja, ia selalu meluangkan waktu hampir setiap malam untuk menonton film horor, agaknya ini adalah bentuk kesibukan yang secara sengaja Alex bentuk untuk melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu, dan sebuah kesibukan untuk mengelabuhi sisi prefontal otaknya agar tak mudah cemas saat ia berada dalam kesepian. Salah satu film horor favoritnya saat itu adalah kuntilanak 1-3 dengan pemeran utama julie estelle. Dimana pada film itu, tak jarang bulu-roma Alex selalu dibuat berdiri meski filmnya baru menunjukkan sesi opening.

Suatu hari, ia mendapat film baru yang berjudul suster keramas. Saat ia menontonnya, alih-alih dapat membuat merinding, ia justrus merasa kesal dengan film itu lantaran ia tak dapat menemukan, apa merk shampo yang suster itu gunakan sehingga ia dipanggil suster keramas. Ditengah-tengah menonton suster keramas, tiba tiba terdengar sebuah bunyi "Ting-Ting!". Alex sontak mengurangi ritme nafasnya, lalu menjeda film yang berputar di laptopnya. Ia mensiagakan kedua telinganya, seolah berusaha ingin mendengar suara apa itu, namun pikirannya berada diambang keheningan, dan perlahan memberanikan diri melirik jam dinding diatasnya yang waktu itu menunjukkan pukul 22.20 malam.

Suara aneh itu sekilas terdengar seperti sebuah lonceng yang dipukul, atau lonceng yang berbunyi ketika terkena hembusan angin. Namun sekejap suara itu mendadak menghilang ketika Alex mengalihkan fokusnya dari sebelumnya ke layar laptop menjadi fokus akan suara aneh itu. Ketika Alex tak mendengarnya lagi, ia pun melanjutkan film, dan ritme nafas nya kembali seperti semula. 5 detik kemudian, "Ting-Ting.." suara itu makin terdengar keras seolah-olah berasal dari dalam kamarnya. Ia langsung berlari keluar lantas membuka pintu sambil berteriak "Bang! Bakso satu ya".

Cerita ini didasarkan pada sebuah kepingan-kepingan pengalaman seseorang, dengan sedikit menambah sense of humor yang merujuk pada teori buku A Whole New Mind - Daniel H. Pink.